Sukses Akademik dan Sukses Bakat

Oleh M Musrofi dipublikasikan pada 23 Februari, 2025

Terkait dengan “sukses akademik” dan “sukses bakat”, ada empat kemungkinan yang terjadi terhadap seseorang, seperti tabel berikut ini:

Kelompok 1: Sukses Akademik Sekaligus Sukses Bakat

  • Lula Kamal, dokter (sukses akademik) sekaligus artis, bintang iklan (sukses bakat).
  • Tompi, penyanyi (sukses bakat) sekaligus dokter (sukses akademik).
  • Edwin Rizal Manansang, penyanyi (sukses bakat) dan merupakan lulusan STAN (sukses akademik).
  • Socrates, pemain sepak bola nasional Brazil (sukses bakat) sekaligus dokter (sukses akademik).
  • Purwa Tjaraka, seorang lulusan Teknik Industri Insitut Teknologi Bandung (sukses akademik) sekaligus komposer (sukses bakat).

Kelompok 2: Tidak Sukses Akademik Namun Sukses Bakat

Orang-orang hebat berikut ini “tidak sukses akademik”, kalau ukurannya adalah titel kesarjanaan, namun menjadi hebat karena terasah bakat mereka.

  • Tukul Arwana (komedian). Bukan sarjana. Dengan bakat alaminya, Tukul sudah mulai melawak sejak kelas VI SD. Berbagai macam perlombaan lawak, mulai dari tingkat Kotamadya Semarang Jawa Tengah, DKI, dan Jabatabek, serta tingkat nasional ia coba. Usahanya ini tidak sia-sia. Ia berhasil menjuarai berbagai perlombaan melawak.
  • Andy F. Noya. Presenter, host, pemred. Bukan sarjana dan dia adalah orang teknik. Selepas SD, lanjut ke sekolah di Sekolah Teknik Jayapura, lalu ke STM Jayapura. “Tetapi sejak kecil saya merasa jatuh cinta pada dunia tulis menulis. Kemampuan menggambar kartun dan karikatur semakin membuat saya memilih dunia tulis menulis sebagai jalan hidup saya,” tutur Andy.
  • Adam Malik. Bukan sarjana. Selepas pendidikan dasarnya di Hollandsch-Inlandsche School Pematangsiantar. Ia melanjutkan di Sekolah Agama Parabek di Bukittinggi, namun hanya satu setengah tahun, membantu orang tua berdagang. Dia adalah mantan menteri luar negeri Era Soeharto yang paling terkenal.
  • Ajip Rosidi. Bukan sarjana. Dia menolak ikut ujian akhir SMA karena waktu itu beredar kabar bocornya soal-soal ujian. “Saya tidak jadi ikut ujian, karena ingin membuktikan bisa hidup tanpa ijazah”. Dan itu dibuktikan dengan terus menulis, membaca dan menabung buku sampai ribuan jumlahnya. Walhasil sampai pensiun sebagai guru besar tamu di Jepang. Dia yang tidak punya ijazah SMA, pada usia 29 tahun diangkat sebagai dosen luar biasa Fakultas Sastra Univ. Padjadjaran. Lalu jadi Direktur Penerbit Dunia Pustaka Jaya, Ketua Ikapi Pusat, Ketua DKJ dan akhirnya pada usia 43 tahun menjadi profesor tamu di Jepang sampai pensiun.
  • Andrie Wongso. Anak ke 2 dari 3 bersaudara ini terlahir dari sebuah keluarga miskin di kota Malang. Di usia 11 th (kelas 6 SD), terpaksa harus berhenti bersekolah karena sekolah mandarin tempat andrie kecil bersekolah ditutup. Maka SDTT, Sekolah Dasar Tidak Tamat, adalah gelar yang disandangnya saat ini. Masa kecil hingga remajanya pun kemudian dilalui dengan membantu orang tuanya membuat dan berkeliling berjualan kue ke toko-toko dan pasar.
  • Hendy Setiono. Hendy Setiono (kebab Baba Rafi) mengawali usaha tahun 2003 di Surabaya. Modalnya hanya Rp 10 juta atau sebuah gerobak burger. Kini bisnisnya berkembang pesat dengan menu makanan utama kebab serta santapan ala koboi (burger serta hotdog). Jumlah cabangnya setiap tahun terus bertambah. Terakhir, terdapat 140 outlet tersebar di 25 kota, antara lain Batam, Bali, Bandung, Banjarmasin, Malang, Gresik, Jember, Kediri, Lampung, Padang, Malang, Makasar, Medan, Pasuruan, Pekan Baru, Karawang, Surabaya, Sukabumi, Semarang, Sidoarjo, Tasikmalaya, Jogjakarta, dan Jakarta.
  • Buya Hamka. HAMKA (1908-1981), adalah akronim kepada nama sebenar Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah. Ia adalah seorang ulama, aktivis politik dan penulis Indonesia yang amat terkenal di alam Nusantara. Hamka mendapat pendidikan rendah di Sekolah Dasar Maninjau sehingga kelas dua. Ketika usia HAMKA mencapai 10 th, ayahnya telah mendirikan Sumatera Thawalib di Padang Panjang. Di situ Hamka mempelajari agama dan mendalami bahasa Arab. Hamka juga pernah mengikuti pengajaran agama di surau dan masjid yang diberikan ulama terkenal seperti Syeikh Ibrahim Musa, Syeikh Ahmad Rasyid, Sutan Mansur, R.M. Surjopranoto dan Ki Bagus Hadikusumo.
  • Liem Sioe Liong. Kalimat pendek yang cenderung merupakan ungkapan dalam sastra Indonesia itu, sebenarnya gambaran prinsip mereka berdagang di Indonesia sampai merembes ke kancah Internasional. Dengan grup yang ia pimpin, Soedono Liem Salim kelahiran Fukien, 1916 yang bermula bersama kakaknya: Liem Sioe Hie, membantu paman mereka berdagang minyak kacang di Kudus-Jawa Tengah, anak kedua dari tiga bersaudara ini bisa menggaji 25 ribu tenaga kerja. Dari Eksekutif Senior sampai sopir truk yang jumlahnya tak kurang dari 3000 armada termasuk pengangkut semen perusahaan Liem Cs. Terkaya di Indonesia, memiliki 40 perusahaan, Liem Sioe Liong dengan para kamradnya menghasilkan omset bisnis tak kurang dari US$ 1 milyar setahun.salah satunya BCA dan Indosiar.
  • Thomas Edison, pendiri General Electric, tidak pernah kuliah.
  • Henry Ford, pendiri Ford Motor Co.,hanya lulusan SD.
  • Ted Tunner, pendiri CNN, sempat kuliah, tidak sampai lulus.
  • Harland D Sanders, pendiri Kectucky Fried Chicken (KFC), pada usia 12 tahun berhenti sekolah.
  • Matsushita Konosuke, pendiri Matsushita Denki, pendidikannya hanya sampai kelas 4 SD.
  • Pendiri perusahaan Honda di Jepang, Seichiro Honda mengatakan,"Nilai saya jelek di sekolah. Tapi saya tidak bersedih karena dunia saya di sekitar mesin, motor, dan sepeda."
  • Akio Morita, pendiri Sony Corporation, adalah siswa yang kebangetan bodohnya. Ia ranking ke 180 dari 180 siswa di kelas.

Kelompok 3: Sukses Akademik Namun Tidak Sukses Bakat

Banyak juga orang yang sukses di bidang akademik, tetapi tidak teraktualisasi bakat yang sebenarnya melekat di dalam dirinya. Mereka ini mengandalkan ijasah untuk mencari pekerjaan. Karena bakat tidak teraktualisasi, maka tidak ada sesuatu yang bisa dia jual secara mandiri.

Karena mengandalkan lowongan pekerjaan di perusahaan ataupun instansi pemerintah, dan antara pencari kerja dengan lowongan pekerjaan lebih banyak pencari kerja, maka yang terjadi adalah banyak sarjana yang menganggur. Salah satu penyebab mengapa banyak sekali sarjana yang menganggur adalah karena pola pikir mereka yang hanya terfokus mencari pekerjaan, bukan berwirausaha. Mereka mengandalkan ijasah saja.

Kelompok 4: Tidak Sukses Akademik dan Tidak Sukses Bakat

Banyak sekali orang yang tidak sukses akademik dan tidak sukses bakat. Mereka ini karena berbagai sebab, hanya lulusan SD, SMP, atau SMA. Mereka juga tidak dapat menjalani kehidupan dengan lebih bermakna dan membahagiakan, karena tidak sukses mengasah bakatnya.

Mengasah Bakat adalah Keniscayaan

Selain berusaha dari sisi akademik, mengasah bakat adalah keniscayaan, agar seseorang nantinya dengan bakat yang terasah bisa mengarungi kehidupannya dengan baik. Bacalah Mengasah Bakat adalah Keniscayaan.

Referensi

  • Tulisan di atas, diambil dari buku penulis (M Musrofi) yang berjudul "Sukses Akademik dan Sukses Bakat", Penerbit Elex Media, Gramedia Group, Jakarta, 2016.